Posts

2011: The Little Things*

Image
*Late posting to end 2011 :D Do you keep a list? I do. I have all sorts of list scattered in my notebook, laptop and phone. Daily to do list for personal and work. Monthly shopping list. Bucket list. List of writing ideas. List of CDs and books I want to buy. List of movies I want to watch. List of pro-cons in decision-making. List of things I want to do before 30. List of questions of the things I don’t know. Even list of my house inventory. My worst trait is to forget easily. I need those lists to remind me. Everytime I think of something, I’ll jot them down so I won’t forget. Having lists helps me to set my priorities.  For every priority is written, it’s easier to decide – rather than having it hanging inside my mind. And guess what? Year 2011 had brought ‘shocking’ news: life is not adjusting to my list like I thought it would be. Life’s a bit trickier than that. What I have learned in 2011 is life is indeed organized, there’s a pattern for everything. But my lists are ...

It’s Money, Honey!: ZAPpin Time

Baiklah, ini cicilan terakhir dari tulisan soal financial planner (yah, setidaknya untuk sekarang, ehehe). Tulisan lain, bisa dilihat  di sini , di sini dan di sini . Jadi, setelah jadi klien-nya ZAP, kami diapain sih? Pertama-tama, kami bertemu dengan salah satu junior planner, namanya Tia. Ia bertindak sebagai jembatan antara kami (klien) dan Prita (planner). Jangan bayangkan ketemuannya dengan suasana formal di kantor. Kami ngupi-ngupi dong :D. Serunya, ternyata Tia ini rumahnya masih seputar Cibubur, deket kalo ketemuan. Dan umurnya juga sepantaran lah. Jadilah, setiap sesi ketemuan, diselingi gossip-gosip asyik, hihihih. Pada pertemuan pertama itu, Tia memperjelas apa yang bisa dilakukan ZAP untuk kami. Kami juga bebas bertanya ini itu soal hal-hal yang kami nggak paham seputar perencanaan. Kami berusaha saling “mengenal”. Soalnya, perencanaan keuangan itu bersifat sangat personal. Semuanya tergantung kita maunya apa, juga situasi dan kondisi saat itu. Jadi, sem...

Untuk Kamu.

Image
Tahukah kamu bahwa sebelum kamu datang, hidupku terasa begitu sempurna? Pekerjaan yang menyenangkan, keluarga yang menyayangi sepenuh hati, dan sahabat-sahabat terbaik. Semuanya telah memenuhi hatiku dan aku cukup berbahagia. Untuk meminta lebih dari itu kepada yang Maha Kuasa, adalah sebuah kerakusan tak terhingga.  Tapi kamu datang. Dan kamu menawarkan padaku apa yang tak pernah aku pikirkan. Meski aku tau menerima tawaran itu seperti menerjunkan diri ke pusaran badai, aku tetap menganggukkan kepala dan memberikan tanganku untuk kau genggam. Mencintaimu, adalah petualangan terbesar dalam hidupku. Ia memporak-porandakan keyakinan yang aku punya. Bersamamu aku memahami. Ternyata, bahagia bukanlah soal melakukan apapun yang kuinginkan. Bahagia bukanlah soal tawa yang tak berkesudahan. Bahagia, bagiku, adalah mengetahui: sepahit apapun kenyataan yang ditawarkan hidup, kamu akan selalu ada. Disini, disampingku.  Selamat ulang tahun, suamiku kesayangan....

It' Money, Honey: Mengapa Berencana (Bagian 3)

lanjutan dari posting sebelumnya Aku percaya, setiap keputusan tidak didasari oleh satu alasan. Melainkan beberapa alasan yang mendukung satu sama lain sehingga lahirlah keputusan yang sudah didasari oleh logika yang matang dan hati yang tenang. Begitu juga dengan keputusan menggunakan financial planner, terlepas dari institusi apa yang kami pilih untuk menangani soal keuangan kami. Alasan yang pertama tentunya karena keterbatasan pengetahuan soal instrumen investasi, tentang perekonomian makro dan perencanaan secara umum. Alasan berikutnya adalah kami berdua ini kadang-kadang harus membantu keluarga besar. jadi, kalau ada sesuatu terjadi dengan kami, tentu mereka juga akan terkena imbasnya. Makanya, kami perlu menjadi kuat secara finansial untuk dapat membantu orang lain. Alasan lain yang (mungkin) paling penting adalah pengalaman kami sekitar dua tahun lalu. Jadi, sewaktu perekonomian dunia merosot tajam, si Abang di PHK dengan semena-mena, tepat saat aku baru aja resign dari...

It’s Money, Honey!: Memilih Financial Planner (Bagian 2)

Image
Melanjutkan posting sebelumnya , ini adalah cerita soal kesan kami mengunjungi booth 4 institusi perencana keuangan di Financial Planning Expo di JCC kemaren. Perlu aku tekankan, ini BUKAN promosi salah satu institusi (bok, yang pasti gue MEMbayar, dan bukan DIbayar ya!), dan BUKAN pula menjelek-jelekkan institusi yang lain. Ini hanya pengalaman yang tentunya subjektif. Sebatas kesan pertama dan (mungkin) tidak menggambarkan keseluruhan pelayanan dari masing-masing institusi. QM Tentunya, booth pertama yang dikunjungi adalah QM. Aku merasa ‘dekat’ dengan institusi ini karena sering dengan di Hard Rock FM. Aku datang dengan ekspektasi agak tinggi, dan disambut oleh seorang salesnya (bukan plannernya). Aku sempat “membanggakan diri” bahwa kami sudah beli bukunya Ligwina dan ga punya hutang kartu kredit :D. Tapi, sayangnya, aku merasa ‘penyambutannya’ kurang greget, meskipun mbak salesnya baik hati dan ramah. Ibarat kata, aku kayaknya tinggal di colek dik...

It’s Money, Honey! (Bagian 1)

Image
Dua tahun terakhir ini aku sering dengerin Financial Clinic di Hard Rock FM bersama Ligwina Hananto , dari QM Financial . Mulai dari belajar soal betapa mengerikannya efek pemakaian credit card yang salah, soal kebutuhan masa depan yang nilainya bakal terus-terusan naik akibat inflasi, betapa ‘nggak-banget’-nya berinvestasi di unit link, hingga soal pemanfaatan berbagai instrumen investasi untuk mencapai tujuan finansial. Beberapa kali aku bilang ke si Abang untuk menggunakan jasa perencana keuangan, lebih tepatnya QM Financial milik Ligwina. Tapi si Abang terus-terusan menolak. Bukan cuma karena biayanya yang lumayan, tapi juga karena dia mungkin tidak terlalu paham. Saat aku beli bukunya Ligwina “ Untuk Indonesia yang Kuat: 100 Langkah untuk Tidak Miskin ” kira-kira dua bulan lalu, aku jadi tau lebih detail soal perencanaan keuangan dan mulai coba-coba buat rencana sendiri (sambil tentunya menyuruh si Abang membaca buku itu agar obrolan jadi nyambung!). ...

Java RockinTrip: Moral of the Story :D

Image
Waaahhh… ceritanya sudah habis, tapi buatku euforianya masih belum mereda. Mungkin banyak sekali tempat yang tak bisa kami kunjungi, atau hal-hal yang tak kami lakukan. Tapi bahkan pengalaman yang terbatas itu bisa membuat kami tambah cinta sama Indonesia. Kami bahkan berfikir, jika Insya Allah masih diberi sehat dan rezeki untuk liburan, kami mau ngubek-ngubek Indonesia aja dulu sampai puas. Sekalian membantu perekonomian daerah kan? Anyway, baru satu kali ber-Road Trip ria memang tak membuatku jadi ahli. Tapi, dari pengalaman kemaren, mungkin ini ada beberapa tips umum yang bisa membantu kalau-kalau ada yang pengen ber-road trip ria: - Road Trip itu seperti marathon. Jaga stamina dan buat prioritas. Jangan terlalu ambisius, karena istirahat juga penting - Be adventurous dan jangan ngeributin masalah sepele. Nyasar? Nggak masalah, puter balik aja lagi! Nggak macet kayak Jakarta kok :D - Sebaiknya sih buat rencana budget secara umum. Selain...