It’s Money, Honey!: Memilih Financial Planner (Bagian 2)



Melanjutkan posting sebelumnya, ini adalah cerita soal kesan kami mengunjungi booth 4 institusi perencana keuangan di Financial Planning Expo di JCC kemaren. Perlu aku tekankan, ini BUKAN promosi salah satu institusi (bok, yang pasti gue MEMbayar, dan bukan DIbayar ya!), dan BUKAN pula menjelek-jelekkan institusi yang lain. Ini hanya pengalaman yang tentunya subjektif. Sebatas kesan pertama dan (mungkin) tidak menggambarkan keseluruhan pelayanan dari masing-masing institusi.

Tentunya, booth pertama yang dikunjungi adalah QM. Aku merasa ‘dekat’ dengan institusi ini karena sering dengan di Hard Rock FM. Aku datang dengan ekspektasi agak tinggi, dan disambut oleh seorang salesnya (bukan plannernya). Aku sempat “membanggakan diri” bahwa kami sudah beli bukunya Ligwina dan ga punya hutang kartu kredit :D. Tapi, sayangnya, aku merasa ‘penyambutannya’ kurang greget, meskipun mbak salesnya baik hati dan ramah. Ibarat kata, aku kayaknya tinggal di colek dikit dan langsung jadi klien! Aku berharap, si sales akan mengeluarkan jurus jitu merayu si Abang. Alih-alih merayu, si sales cuma ngobrol doang tanpa meninggalkan kesan sedikitpun. Malah, aku yang bertanya price-list mereka, setelah sempat beberapa langkah menjauh pergi. Mungkin cuma perasaanku, tapi kayaknya aku dianggap “kurang hip” untuk ukuran QM, dimana kliennya banyak arteys gitu :D.

Dari QM, kamu menuju ZAP yang booth-nya tampak sangat menarik. Kami disambut dengan sangat ramah oleh seorang planner yang mempersilahkan kami duduk (walaupun kami akhirnya berdiri, soalnya si abang rada clamitan minta-minta permen, huhuhuhu!). Dan Mbak planner ini dengan sigap membagikan pengetahuannya, plus berbagai macam layanan ZAP yang ada tanpa kami minta. Tidak hanya itu, si Mbak juga memberikan CONTOH financial planning berupa sebuah binder besar. Aku jadi tau, bentuk financial plan itu seperti apa. Komprehensif banget loh! Selesai tanya-tanya, kami bahkan dikasi stiker dan voucher diskon 500ribu! Dan banyak permen untuk si abang, tentunya… hmmpph..

Walaupun terkesan dengan ZAP, kami masih mau mencari pembanding ke booth Safir Senduk, yang namanya emang udah terkenal dimana-mana. Tapi, ternyata yang mereka tawarkan terdengar agak ‘absurd’ di telinga kami. Jadi, mereka ini mendidik kliennya untuk “mandiri”. Kata mas plannernya, “Jadi,misalnya begini. Ibaratnya kami akan merekomendasikan ibu untuk membeli susu. Tapi, apakah itu susu bubuk atau susu cair, terus mereknya apa, itu ibu silahkan cari sendiri”. Nah loh. Padahal, harga mereka itu sama dengan yang lain, tapi kita yang harus research sendiri. Nggg… kayaknya kami nggak semandiri itu deh. Dan kami nggak ditawarin duduk :D

Dan terakhir, kami menuju Finansia. Sering juga sih denger finansia di Motion radio, tapi lagi-lagi kami agak kecewa, soalnyanya ZAP had set the bar so high for us. Disini, suasananya terasa sangat formal. Mau becanda aja kayaknya susah (oh, ini penting, mengingat punya suami yang kadang rada eror!). Disitu ada sofa, tapi tetep, kami gak dipersilahkan duduk, hehehe. Saat beranjak dari situ, kami dikasih souvenir berupa buku pencatat pengeluaran harian. Tapi buku ini sangat aneh menurutku. Di samping item pengeluaran dan jumlahnya, ada kotak yang harus di-tick: apakah pengeluaran itu NEGATIF atau POSITIF. Aku tanya, pengeluaran yang negative itu gimana? Mbak plannernya bilang: “Misalnya beli pulsa untuk facebook-an, itu kan negative…” Ngggg…. Aku nggak ngerti, soalnya terdengar ambigu. Bukankah dalam cashflow bulanan, ada yang namanya dana hiburan? Kali aja hiburannya main facebook. Emangnya nggak boleh? Duit gue ini!

***
Yah, begitulah hasil berkelilingnya. Dan dari uraian diatas, kami merasa paling sreg dengan ZAP. Makanya kami balik lagi ke booth ZAP untuk bertanya lebih detail. Dan coba tebak, kami disambut dengan ramahnya bukan hanya oleh mbak planner sebelumnya, tapi oleh Mbak Prita herself! Beliau ini yang punya ZAP. Dia bahkan repot mencarikan dan menarik kursi untuk kami duduk. Oohhh…!

Bagiku, ini bukan hanya soal narik kursi. Ini soal ‘little touch’ that matter, yang menunjukkan ketulusan dan membuat kami merasa spesial dan diperhatikan. Dan oh ya, ZAP juga lebih murah sedikit dari yang lain. Plus, bayarnya itu dua kali loh (penting!): separoh di muka, separoh lagi enam bulan kemudian. Mangstap!

Begitulah, kami memilih ZAP. Mereka sukses membuat kami jatuh hati. Aw aw aw!


Tapi, sebenernya, apa alasan kami menggunakan financial planner? Aku cerita di postingan berikutnya deh, plus langkah-langkah yang sudah dijalani sejauh ini! Tungguin ya!

Comments

  1. kesan yang keluar dari elu kok sama dengan yang pernah gue denger ya, din :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review Buku - "The Book You Wish Your Parents Had Read"

Jalan ‘Sunyi’ Homeschool (Pentingnya Support System)

Menyusun ‘Kurikulum’ HS yang Bertumbuh