Posts

Showing posts with the label review

Review Buku - "The Book You Wish Your Parents Had Read"

Image
  Perjalanan jadi ibu itu men-trigger banyak hal nggak enak dalam hidupku. Karena lelah merasa nggak enak terus, aku jadi berusaha cari tau segala hal tentang itu. Dari yang awalnya belajar parenting, malah jadi makin melebar kemana-mana. Belajar tentang relationship, tentang self development, tentang trauma healing, tentang komunikasi, psikologi, macem-macem. Nah, menurutku, buku "The Book You Wish Your Parents Had Read" karya Philippa Perry ini semacam rangkuman dari macam-macam belajarku tadi. Jadi kalau misalnya hanya boleh merekomendasikan satu buku ke orang tua baru, kayaknya aku akan merekomendasikan buku ini deh. Secara garis besar, buku ini mengajak kita melihat bagaimana pengalaman masa kecil kita bisa mempengaruhi gaya parenting kita. Sejujurnya, dulu aku nggak pernah kepikiran begini, lho. Baru 2-3 tahun belakangan ini aku memahami bahwa hal-hal negatif yang terjadi di masa lalu, sebaiknya disembuhkan agar kita tidak meneruskan ‘luka’ itu ke anak-anak kita. Buku i...

Staycation di Pesona Alam Resort Puncak

Image
Kalau punya waktu dan budget yang relatif terbatas untuk liburan, kalian biasanya ngapain sih? Keluarga kami biasanya paling senang ber-staycation. Leyeh-leyeh di hotel, sarapan sampai siang, main di kolam renang, pokoknya bersantai aja. Nah, minggu lalu sebelum Ramadhan, kami memutuskan untuk staycation lagi. Tadinya, kami pengen cari hotel yang menyenangkan di tengah kota Jakarta. Tapi setelah dipikir-pikir, kok rasanya lebih pengen lihat ijo-ijo pepohonan, ya? Yah, selain males juga sih liat harga hotel bagus di Jakarta on weekdays, hahahah! (Bilang aja bokek, kak!). Diantara beberapa pilihan, tiba-tiba inget sebuah hotel yang tak jauh dari Taman Safari, Cisarua. Beberapa tahun lalu kami ke Taman Safari dan sempat melongok hotel ini dari luar sewaktu masih dalam proses pembangungan. Browsing sedikit, akhirnya jadi tau kalau hotel yang kami maksud itu adalah ‘ Pesona Alam Resort ’. Jadilah kami booking untuk 2 malam. Day 1 Kami berangkat hari Minggu sekitar jam setengah tiga sore den...

Review Buku - "Happiness is Homemade"

Image
Buku ‘ Happiness is Homemade ’ karya  Puty Puar  yang di PO kemarin hari ini nyampe dan bukunya menyenangkan banget! Begitu sampai di halaman 9, langsung pengen mewek (ini sih emang cengeng aja deh kayaknya! Dikit-dikit nangis, hih!). Di halaman itu tertulis, “…and realizing that there will be just enough time for everything.” Langsung mengena sampe ulu hati, kak… Di tengah timbunan to-do-list yang sepertinya nggak habis-habis, rasanya selalu kekurangan waktu untuk mengerjakan semuanya. Kadang-kadang pengen toyor kepala sendiri, kenapa sih sampe segitunya. Tapi ya mau gimana lagi? Emang HARUS segitunya, kan? Membangun usaha itu kan nggak semudah mengucapkannya. Tapi bukunya Puty mengingatkan aku untuk tarik napas sebentar dan merasa ‘cukup’ dengan diri sendiri (baca: segala kelebihan dan keterbatasan yang ada). Mengingatkan untuk bersyukur akan kebahagiaan-kebahagiaan kecil sehari-hari. Dulu, aku dengan mudahnya menjadi ‘mindful’ akan sekitarku yang membuatku banyak sekali ber...

Pameran Studio Ghibli, Imajinasi yang Jadi Nyata

Image
Siapa yang suka film-filmnya Studio Ghibli ? *Tunjuk tangan!* Aku tau tentang film-filmya Ghibli sejak awal-awal menikah dengan si Abang, sekitar satu dekade lalu. Waktu itu, dia sih yang suka banget. Aku hanya selewat aja, karena aku nggak begitu suka sama animasi. Pernah, Kompas membuat semacam festival Ghibli dan ada nonton bareng. Si abang menggeretku ke Bentara Budaya, dan aku terkantuk-kantuk di sebelahnya. Yah, gimana nggak ngantuk. Acaranya pun malam, nonton pake proyektor, duduknya macam di kursi sekolahan, aku pegel yha! Kami sempat berburu DVD (ya bajakan lah, aslinya ga tau mau cari dimana!) dan mencari berbagai film. Nah, setelah ada dvd ini, nontonnya jadi lebih khusuk dan lalu jatuh cinta, ahahahah! Yang pertama adalah Spirited Away. Ceritanya menakjubkan, buatku. Imajinasinya luar biasa dan sangat menyentuh. Gambarnya nggak canggih macam pixar atau Disney, tapi bagus banget. Lalu kemudian berkenalan dengan Ponyo yang nggak kalah menyenangkan. Musiknya apalagi ini, bagus...

It’s Money, Honey!: ZAPpin Time

Baiklah, ini cicilan terakhir dari tulisan soal financial planner (yah, setidaknya untuk sekarang, ehehe). Tulisan lain, bisa dilihat  di sini , di sini dan di sini . Jadi, setelah jadi klien-nya ZAP, kami diapain sih? Pertama-tama, kami bertemu dengan salah satu junior planner, namanya Tia. Ia bertindak sebagai jembatan antara kami (klien) dan Prita (planner). Jangan bayangkan ketemuannya dengan suasana formal di kantor. Kami ngupi-ngupi dong :D. Serunya, ternyata Tia ini rumahnya masih seputar Cibubur, deket kalo ketemuan. Dan umurnya juga sepantaran lah. Jadilah, setiap sesi ketemuan, diselingi gossip-gosip asyik, hihihih. Pada pertemuan pertama itu, Tia memperjelas apa yang bisa dilakukan ZAP untuk kami. Kami juga bebas bertanya ini itu soal hal-hal yang kami nggak paham seputar perencanaan. Kami berusaha saling “mengenal”. Soalnya, perencanaan keuangan itu bersifat sangat personal. Semuanya tergantung kita maunya apa, juga situasi dan kondisi saat itu. Jadi, sem...

It' Money, Honey: Mengapa Berencana (Bagian 3)

lanjutan dari posting sebelumnya Aku percaya, setiap keputusan tidak didasari oleh satu alasan. Melainkan beberapa alasan yang mendukung satu sama lain sehingga lahirlah keputusan yang sudah didasari oleh logika yang matang dan hati yang tenang. Begitu juga dengan keputusan menggunakan financial planner, terlepas dari institusi apa yang kami pilih untuk menangani soal keuangan kami. Alasan yang pertama tentunya karena keterbatasan pengetahuan soal instrumen investasi, tentang perekonomian makro dan perencanaan secara umum. Alasan berikutnya adalah kami berdua ini kadang-kadang harus membantu keluarga besar. jadi, kalau ada sesuatu terjadi dengan kami, tentu mereka juga akan terkena imbasnya. Makanya, kami perlu menjadi kuat secara finansial untuk dapat membantu orang lain. Alasan lain yang (mungkin) paling penting adalah pengalaman kami sekitar dua tahun lalu. Jadi, sewaktu perekonomian dunia merosot tajam, si Abang di PHK dengan semena-mena, tepat saat aku baru aja resign dari...

It’s Money, Honey!: Memilih Financial Planner (Bagian 2)

Image
Melanjutkan posting sebelumnya , ini adalah cerita soal kesan kami mengunjungi booth 4 institusi perencana keuangan di Financial Planning Expo di JCC kemaren. Perlu aku tekankan, ini BUKAN promosi salah satu institusi (bok, yang pasti gue MEMbayar, dan bukan DIbayar ya!), dan BUKAN pula menjelek-jelekkan institusi yang lain. Ini hanya pengalaman yang tentunya subjektif. Sebatas kesan pertama dan (mungkin) tidak menggambarkan keseluruhan pelayanan dari masing-masing institusi. QM Tentunya, booth pertama yang dikunjungi adalah QM. Aku merasa ‘dekat’ dengan institusi ini karena sering dengan di Hard Rock FM. Aku datang dengan ekspektasi agak tinggi, dan disambut oleh seorang salesnya (bukan plannernya). Aku sempat “membanggakan diri” bahwa kami sudah beli bukunya Ligwina dan ga punya hutang kartu kredit :D. Tapi, sayangnya, aku merasa ‘penyambutannya’ kurang greget, meskipun mbak salesnya baik hati dan ramah. Ibarat kata, aku kayaknya tinggal di colek dik...

It’s Money, Honey! (Bagian 1)

Image
Dua tahun terakhir ini aku sering dengerin Financial Clinic di Hard Rock FM bersama Ligwina Hananto , dari QM Financial . Mulai dari belajar soal betapa mengerikannya efek pemakaian credit card yang salah, soal kebutuhan masa depan yang nilainya bakal terus-terusan naik akibat inflasi, betapa ‘nggak-banget’-nya berinvestasi di unit link, hingga soal pemanfaatan berbagai instrumen investasi untuk mencapai tujuan finansial. Beberapa kali aku bilang ke si Abang untuk menggunakan jasa perencana keuangan, lebih tepatnya QM Financial milik Ligwina. Tapi si Abang terus-terusan menolak. Bukan cuma karena biayanya yang lumayan, tapi juga karena dia mungkin tidak terlalu paham. Saat aku beli bukunya Ligwina “ Untuk Indonesia yang Kuat: 100 Langkah untuk Tidak Miskin ” kira-kira dua bulan lalu, aku jadi tau lebih detail soal perencanaan keuangan dan mulai coba-coba buat rencana sendiri (sambil tentunya menyuruh si Abang membaca buku itu agar obrolan jadi nyambung!). ...

Java RockinTrip: Moral of the Story :D

Image
Waaahhh… ceritanya sudah habis, tapi buatku euforianya masih belum mereda. Mungkin banyak sekali tempat yang tak bisa kami kunjungi, atau hal-hal yang tak kami lakukan. Tapi bahkan pengalaman yang terbatas itu bisa membuat kami tambah cinta sama Indonesia. Kami bahkan berfikir, jika Insya Allah masih diberi sehat dan rezeki untuk liburan, kami mau ngubek-ngubek Indonesia aja dulu sampai puas. Sekalian membantu perekonomian daerah kan? Anyway, baru satu kali ber-Road Trip ria memang tak membuatku jadi ahli. Tapi, dari pengalaman kemaren, mungkin ini ada beberapa tips umum yang bisa membantu kalau-kalau ada yang pengen ber-road trip ria: - Road Trip itu seperti marathon. Jaga stamina dan buat prioritas. Jangan terlalu ambisius, karena istirahat juga penting - Be adventurous dan jangan ngeributin masalah sepele. Nyasar? Nggak masalah, puter balik aja lagi! Nggak macet kayak Jakarta kok :D - Sebaiknya sih buat rencana budget secara umum. Selain...

Java RockinTrip: Day 13 – Ciamis – Bandung – Pulang…

Image
Setelah teramat sangat bahagia dengan Jogja – dan tentunya seluruh perjalanan – kami memutuskan untuk pulang. Karena dari Jogja lumayan siang, aku mengusulkan untuk nginep satu malam di salah satu kota agak besar yang akan dilewati, Purworejo mungkin? Atau Kebumen. Tapi, si Abang mungkin sudah terlalu rindu kasur di rumah, jadi dia agak ambisius. Dengan pasti, dia melewati kota-kota besar tersebut. Aku berkali-kali menawarkan untuk berhenti tapi berkali-kali juga dia meyakinkan aku kalau dia tidak keberatan nyetir malam-malam. Karena anak mudanya agak pusing-pusing sedikit, jadilah tertidur dimobil. Begitu bangun (karena mulai terasa lapar!), ternyata udah gelap banget. Aku mengecek peta, tampaknya kota-kota yang akan dilewati akan semakin kecil. Dan oleh karenanya, akan lebih sulit mencari makan dan hotel yang layak. “Mungkin kita bisa terus sampe Bandung,”kata si abang. Mateeeee... Parahnya lagi, uang di dompet kami kalau digabungkan paling nggak sampe 500 rib...