Posts

Showing posts from June, 2013

Project Love: Bola Salju

Image
Seluruh cerita soal ProjectLove bisa dilihat disini Seberapa sering kita memulai sesuatu hanya untuk senang-senang, tapi kemudian malah jadi serius? Sesuatu yang ‘ innocent ’, tanpa ekspektasi, tanpa pretensi, tapi dikerjakan sepenuh hati seringkali melaju seperti bola salju. Makin besar, makin besar dan makin besar. Inilah yang terjadi pada project yang satu ini. Bang Oscar melihat semua foto-fotoku dengan seksama. Malu-malu, aku menceritakan kepadanya maksud dan tujuan dari foto-foto ini. Sambil mendengarkan, tangan dan matanya awas memilih. Mana foto yang layak, mana yang dipinggirkan. Mana yang harus dipasangkan, mana yang harus berdiri sendiri. Sementara, teman-teman yang ada di situ berkomentar tak putus berkomentar tentang foto-fotoku. Mereka mengatakan hal-hal yang membuat hidungku kembang kempis ke-GR-an. Bahkan ada yang nyeletuk , “Diseriusin aja ‘kali, Din!” Artinya, benar-benar dibuat buku dan dicetak banyak, bukan hanya satu untuk si Abang. Aku cuma bisa cengengesan

Project Love: Pada Mulanya.

Image
Sambungan dari posting sebelumnya   " The best camera is the one that's with you. " - Chase Jarvis Kamera yang terbaik adalah kamera yang selalu dibawa kemana-mana. Dan di saat banyak ‘fotografer’ dengan bangga menenteng lensa sebesar termos (padahal kadang-kadang hanya karena gaya!), aku justru kerajingan kamera Iphone. Kenyataan bahwa ia selalu ada di genggaman dan dapat dengan mudah digunakan, menumbuhkan lagi perasaan excited , sama seperti ketika punya SLR pertama, sepuluh tahun lalu.  Dan terpujilah Instagram karena memberikan tempat penyaluran! Sepanjang tahun 2012, aku dilanda euforianya. Foto-foto yang diambil, ditambah dengan caption penuh cinta (ehem!), menjadikannya semacam kejutan harian yang bisa aku berikan untuk si Abang. Memberikannya sedikit alasan untuk tersenyum, ditengah pekerjaan yang (bisa dibilang sangat) membosankan. Agar ia tau, meskipun kami terpisah jauh, ia selalu ada dalam hatiku.   Lalu ide itu muncul sekitar Agustus 2012, dua bulan

ProjectLove: My name is Dinda, and I am a hopeless romantic…

Image
“Kamu itu sebenernya hopeless romantic , tapi nggak ngaku aja! Selalu denial !” Dian , sahabatku, melontarkan pernyataan yang membuat aku ternganga dan otak berhenti seketika. Sambil tetap mengunyah martabak telur berkuah kari khas Aceh - makan siang kami - ia membeberkan fakta-fakta dengan santainya. Dan aku cuma bisa membelalakkan mata. Dibesarkan dengan dua saudara laki-laki, aku tak pernah suka segala sesuatu yang ‘perempuan’. Sejak kecil, aku lebih memilih celana ketimbang rok, dan sneakers dibanding heels . Seumur-umur punya baju pink ya baru-baru ini. Sejak dulu aku suka kegiatan outdoor dan berkotor-kotor, tak begitu peduli dengan kulit yang melegam. Aku selalu merasa diriku tomboi dan tidak romantis sama sekali. Tapi ternyata ‘tomboi’ bukan antonim dari ‘romantis’. Menurut pengamatan Dian selama sepuluh tahun persahabatan kami, aku seringkali berlindung di balik ketomboianku. Padahal, aku adalah jenis orang yang dengan mudahnya mengungkapkan perasaan dan tak pern