The Festival is here! (Bagian 3)*
*oleh-oleh (yang teramat sangat) terlambat dari Balispirit Festival, Ubud, 28 April-3 Mei, 2009.
Akhirnya festival dimulai! Malam pembukaan membuat aku cukup kerepotan. Hampir semua wartawan yang mendapatkan akreditasi datang. Dari sore, sejak para tamu mulai berdatangan dengan shuttle, hingga jauh malam, aku masih terus bekerja.
Aku harus stand-by di media registration desk, menanti para wartawan. Setelah selesai dengan registrasi, aku juga masih harus membuat press release harian dan meng-update website. Hiks, tak sempat melihat pembukaan yang katanya keren itu. Tapi tak mengapa. Yang penting pembukaannya sukses!
Hari pertama festival, tanggal 29 April, para peserta sudah berdatangan sejak pagi. Berpakaian santai, dengan yoga mat tersampir dibahu. Wajah mereka begitu antusias. Aku juga bersiap-siap di media center. Merapikan berbagai hal demi menyambut para wartawan yang akan datang. Mengecek wi-fi sudah bekerja apa belum, menyiapkan kursi, memastikan teh dan kopi ada di ditempatnya.
Untuk ini semua, aku dibantu oleh Ibu Bernie dan Senay, volunteer-volunteerku tersayang. Kami heboh menyiapkan press conference pertama kami pagi itu. Eh, istilahnya bukan press conference deng, terlalu serius! Namanya: tea time with presenter @ Sariwangi Media Lounge. Seru ya!
Jam 10.30 pagi, semua wartawan sudah berkumpul di Media Lounge. Bernie mengingatkan para presenter untuk tiba tepat waktu. Senay sudah siap dengan buku dan pulpen untuk jadi moderator. Mark Whitwell, Eoin Finn dan Katy Appleton menjadi tamu yang pertama. Perbincangannya sukses berat! Semua santai dan nyaman dan sangat personal, seperti yang kami harapkan. Nggak ada batas dan jarak, semuanya hepi!
Tea time sore hari digelar jam 16.00, menghadirkan para festival organizer. Bu Meg sebagai founder dan Amsalan, Festival Directornya, menjelaskan asal muasal festival ini kepada wartawan. Hari-hari berikutnya para presenter juga silih berganti datang meramaikan media center dan media lounge. Mbak Pujiastuti Shindu, yogini yang berada di garda depan saat heboh-heboh fatwa yoga kemaren, David Moreno, juga Ravi Vempati. Ada juga Teresa Herrera, Patrick Creelman, Ni Ketut Arini, dan tentunyaaa mas-mas dari simakDialog. Semua presenter pasti sempet deh nyicipin teh di Media Lounge.
Walau sambil ngurusin Media Center, sedikit demi sedikit, aku makin ngerti soal yoga. Dari yang aku pahami, inti yoga itu adalah mengenal diri sendiri. Yoga itu ‘hanya’ bagian dari exercise yang melatih nggak hanya fisik, tapi jiwa. Para yogi dan yogini ini juga nggak ada yang merasa bahwa yoga adalah ‘jawaban’ dari semua kesulitan di dunia. Yoga, hanya satu cara, yang harus dirangkai dengan banyak hal lain. Yoga, adalah alternatif untuk menyeimbangkan hidup.
Jadi, ya agak aneh juga kalo ada yang ngasih label haram :D (bersambung)
Akhirnya festival dimulai! Malam pembukaan membuat aku cukup kerepotan. Hampir semua wartawan yang mendapatkan akreditasi datang. Dari sore, sejak para tamu mulai berdatangan dengan shuttle, hingga jauh malam, aku masih terus bekerja.
Aku harus stand-by di media registration desk, menanti para wartawan. Setelah selesai dengan registrasi, aku juga masih harus membuat press release harian dan meng-update website. Hiks, tak sempat melihat pembukaan yang katanya keren itu. Tapi tak mengapa. Yang penting pembukaannya sukses!
Hari pertama festival, tanggal 29 April, para peserta sudah berdatangan sejak pagi. Berpakaian santai, dengan yoga mat tersampir dibahu. Wajah mereka begitu antusias. Aku juga bersiap-siap di media center. Merapikan berbagai hal demi menyambut para wartawan yang akan datang. Mengecek wi-fi sudah bekerja apa belum, menyiapkan kursi, memastikan teh dan kopi ada di ditempatnya.
Untuk ini semua, aku dibantu oleh Ibu Bernie dan Senay, volunteer-volunteerku tersayang. Kami heboh menyiapkan press conference pertama kami pagi itu. Eh, istilahnya bukan press conference deng, terlalu serius! Namanya: tea time with presenter @ Sariwangi Media Lounge. Seru ya!
Jam 10.30 pagi, semua wartawan sudah berkumpul di Media Lounge. Bernie mengingatkan para presenter untuk tiba tepat waktu. Senay sudah siap dengan buku dan pulpen untuk jadi moderator. Mark Whitwell, Eoin Finn dan Katy Appleton menjadi tamu yang pertama. Perbincangannya sukses berat! Semua santai dan nyaman dan sangat personal, seperti yang kami harapkan. Nggak ada batas dan jarak, semuanya hepi!
Tea time sore hari digelar jam 16.00, menghadirkan para festival organizer. Bu Meg sebagai founder dan Amsalan, Festival Directornya, menjelaskan asal muasal festival ini kepada wartawan. Hari-hari berikutnya para presenter juga silih berganti datang meramaikan media center dan media lounge. Mbak Pujiastuti Shindu, yogini yang berada di garda depan saat heboh-heboh fatwa yoga kemaren, David Moreno, juga Ravi Vempati. Ada juga Teresa Herrera, Patrick Creelman, Ni Ketut Arini, dan tentunyaaa mas-mas dari simakDialog. Semua presenter pasti sempet deh nyicipin teh di Media Lounge.
Walau sambil ngurusin Media Center, sedikit demi sedikit, aku makin ngerti soal yoga. Dari yang aku pahami, inti yoga itu adalah mengenal diri sendiri. Yoga itu ‘hanya’ bagian dari exercise yang melatih nggak hanya fisik, tapi jiwa. Para yogi dan yogini ini juga nggak ada yang merasa bahwa yoga adalah ‘jawaban’ dari semua kesulitan di dunia. Yoga, hanya satu cara, yang harus dirangkai dengan banyak hal lain. Yoga, adalah alternatif untuk menyeimbangkan hidup.
Jadi, ya agak aneh juga kalo ada yang ngasih label haram :D (bersambung)
Dinda, ada peserta yang namanya Setyo Jojo ga? Kayaknya yg di foto kanan atas itu deh (perasaan). Nah dia yg dulu ngajarin gw yoga di Ananda Marga. Sumpah deh, nagih ;)
ReplyDeletewaduh, kalo partisipan sih gue gak tau ya dit. abis kan banyaaaak. tapi kalo yang foto kanan atas, itu namanya Amsalan, festival directornya. heeh, bener nagih!
ReplyDelete