It’s Money, Honey!: ZAPpin Time


Baiklah, ini cicilan terakhir dari tulisan soal financial planner (yah, setidaknya untuk sekarang, ehehe). Tulisan lain, bisa dilihat di sini, di sini dan di sini.

Jadi, setelah jadi klien-nya ZAP, kami diapain sih?

Pertama-tama, kami bertemu dengan salah satu junior planner, namanya Tia. Ia bertindak sebagai jembatan antara kami (klien) dan Prita (planner). Jangan bayangkan ketemuannya dengan suasana formal di kantor. Kami ngupi-ngupi dong :D. Serunya, ternyata Tia ini rumahnya masih seputar Cibubur, deket kalo ketemuan. Dan umurnya juga sepantaran lah. Jadilah, setiap sesi ketemuan, diselingi gossip-gosip asyik, hihihih.

Pada pertemuan pertama itu, Tia memperjelas apa yang bisa dilakukan ZAP untuk kami. Kami juga bebas bertanya ini itu soal hal-hal yang kami nggak paham seputar perencanaan. Kami berusaha saling “mengenal”. Soalnya, perencanaan keuangan itu bersifat sangat personal. Semuanya tergantung kita maunya apa, juga situasi dan kondisi saat itu. Jadi, semakin banyak informasi yang mereka terima, rencana yang dibuat akan semakin akurat.

Selain itu, kami juga diberikan kuesioner. Berlembar-lembar bok! Tapi gapapa, kan supaya ZAP bisa mendapatkan gambaran secara utuh. Pertanyaannya juga sangat spesifik. Misalnya di satu section kami ditanya soal pengetahuan investasi, dan bagaimana sikap kami terhadap beberapa scenario tertentu. Di section lain mereka tanya apa ekspektasi terhadap ZAP. Ada juga pertanyaan seputar kondisi keluarga saat ini dan soal sumber pendapatan. Kami juga diharuskan menuliskan cashflow bulanan dengan item-item pengeluaran yang sangat detail. Yang terakhir, apa tujuan-tujuan keuangan kami. Bebas mau buat berapa banyak, tapi nanti akan dilihat sejauh mana kemampuannya.

Nah, setelah ZAP menganalisa hasil kuesioner itu, ternyata diketahui bahwa kondisi keuangan kami sangat sehat (Alhamdulillah yaaaa, sesua..*plaakk!!). Kami juga adalah tipe investor yang “asertif”, artinya kami cukup bisa mengambil resiko, tapi jangan gede-gede amat resikonya. Letaknya diantara agresif dan moderat deh. Untuk tipe asertif ini, asset yang ada sebaiknya dialokasikan ke saham sebanyak 46%, Mixed/logam mulia/property 27%, hard cash 18%, dan Obligasi 9%. 

Dari sini, muncullah draft pertama rencana keuangan kami. Kasarnya, pendapatan bulanan, dikurangi dengan pengeluaran, sisanya inilah yang bisa disisihkan untuk diinvestasikan sesuai dengan tujuan finansial kami. ZAP  kemudian memberikan masukan atas berberapa instrument investasi. Kami juga memberi tahukan keinginan kami. Pokoknya bisa diskusi sepuas hati deh. Kalo kami misalnya menganggap, “Aduh, kok kayaknya belum berani melakukan itu ya?”, ZAP tidak akan memaksa. Segala sesuatunya akan disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan kami: semua bisa dicari jalan tengahnya deh!

Setelah melalui serangkaian diskusi (dan pergosipan, tentunya, hahahah!), perubahan draft sampe tiga kali, akhirnya kami merasa puas dengan hasilnya. Dari sekian rupiah yang tersisa dari pendapatan bulanan, kami bisa menabung untuk nambahin budget renovasi rumah, berinvestasi untuk dana pensiun, dana haji, uang kuliah (calon) anak, daaaann… bisa untuk beli gadget dong. Memang sih masih lama (gadget-nya baru bisa dibeli dua tahun lagi maaakkk!), tapi setidaknya uangnya udah mulai disimpen kan? 

Tidak hanya sampai disitu, ZAP juga membantu dalam implementasi. Misalnya, nemenin ke bank untuk buka rekening investasi, atau pas ketemuan sama agen asuransi. Kalo kami punya segala pertanyaan terkait keuangan, kami bisa tinggal teleponan dan kalo perlu, bisa ketemuan lagi sambil ngupi-ngupi. Setelah diimplementasikan, ZAP juga akan memonitor perkembangan investasi dan mereview hasilnya setiap 3 bulan sekali.  Begitu terus deh sampe setahun kontrak.

Gitu deh gambarannya bekerja sama dengan financial planner. Bagiku, pengalaman ini sangat menyenangkan, karena semua di-customized, sesuai keinginan DAN kebutuhan kita. Oh iya, bagi yang pengen buat perencanaan sendiri, ZAP juga buat pelatihan yang bersertifikat. Kayaknya, di institusi lain juga ada yang seperti ini.

Mudah-mudahan ini membantu yaaa! Selamat berencana!

Comments

  1. hai jeung menarik sekali baca pengalamannya heuheuhue. kalo boleh tahu, tarif jasa perencana keuangan berapa ya? meski aku udah berkali2 baca soal perencanaan keuangan, tetep aja kalo mau bikin finn plan mumet bok... jadi kepikir mau pake jasa aja biar jelas itungannya ... thanks in advance :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. eyaampun, mahap. komennya ga kelihatan :D Tarifnya sih bervariasi. Kalo ada yang sesi jam-jaman (kayaknya beberapa ratus ribu gitu deh). Terus ada yang spesifik buat satu rencana (ini ga tau deh hahah).

      Nah, kalo yang komprehensif, ini adalah kontrak per tahun. Bayarnya sesuai dengan besarnya aset lancar yah. setelah isi2 form nanti ketahuan sih aset yang harus dikelola berapa. Yang paling kecil (dibawah 100jt), fee-nya 8 juta. Makin banyak asetnya, makin mahal bayarnya. Terlihat gede, tapi sebenernya itu untuk kontrak 1 tahun kan. nanti ada review 3 kali dan bebas kalo mau tanya-tanya. termasuk kalo misalnya ada tujuan yang harus diubah.

      mudah2an membantu yaaa...

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review Buku - "The Book You Wish Your Parents Had Read"

Jalan ‘Sunyi’ Homeschool (Pentingnya Support System)

Menyusun ‘Kurikulum’ HS yang Bertumbuh