Berbagai Metode Homeschooling
Summary IG Live tanggal 1 Juni 2022, di akun @dindajou dan @nin.di_
Oleh: Dindajou
Homeschooling bisa diibaratkan sebuah “payung besar” untuk menyebutkan pendidikan rumahan yang diselenggarakan keluarga. Dibawah “payung” ini, setiap keluarga bebas menerapkan metode/gaya pengajaran yang sesuai dengan visi misi pendidikan masing-masing. Tidak ada metode yang salah dan benar, karena setiap metode pasti punya kelebihan dan tantangan tersendiri. Yang harus dicari adalah metode yang paling cocok dengan nilai-nilai keluarga.
Metode apa saja sih yang umum diterapkan?
Secara garis besar, ada dua metode yang berbeda layaknya kutub utara dan selatan.
Di ujung yang satu, ada metode School-At-Home atau metode tradisional, dan di ujung yang lain ada metode Unschooling. Diantara kedua ekstrim ini, ada berbagai metode lain yang bisa diaplikasikan. Ada juga metode Eklektik yang menggabungkan beberapa metode sekaligus, tergantung dengan situasi keluarga.
School-at-home (SAH)
Intinya, metode ini sama seperti sekolah, tapi dilakukan di rumah. Umumnya, metode ini memakai kurikulum yang sudah ada. Bisa pakai kurikulum nasional, atau kurikulum luar negeri seperti Cambridge, ACE dll.
Kelebihannya, ini adalah model yang paling kita kenal. Semua sudah ada panduannya, jadi tak perlu repot membuat kurikulum sendiri.
Namun, tantangan terletak pada pelaksanaannya. “Memindahkan” sekolah ke rumah bukanlah hal yang mudah. Kurikulum yang biasanya diterapkan pada setting sekolah yang formal, akan sulit diterapkan di setting rumah yang informal.
Unschooling
Kebalikan dari SAH, Unschooling sangat lentur dan biasanya tanpa struktur. Konsepnya adalah meyakini bahwa anak memiliki potensi dan minat belajar alami. Yang dilakukan orang tua adalah menjadi inspirator dan menyediakan lingkungan belajar yang kaya stimulus.
Menurut metode ini, dunia nyata merupakan ruang belajar paling baik. Anak-anak diikutikan berbagai kegiatan sehari-hari, dan mereka belajar dari situ.
Disini, makna ‘belajar’ jadi sangat luas. Belajar tidak hanya sekedar materi pelajaran, tapi apapun yang diserap anak saat ia berkegiatan.
Diantara kedua kutub ini, ada berbagai metode lain, seperti:
Metode berdasarkan pakar/pemikir seperti:
Metode Montessori, oleh Maria Montessori
Metode Waldorf, oleh Rudolf Steiner
Metode Charlotte Mason
Dll
Metode yang menitikberatkan pada perjalanan
Worldschooling
Roadschooling
Metode Klasik
Model yang telah ada sejak abad pertengahan yang mengajarkan anak berpikir untuk diri mereka sendiri. Metode ini menggunakan model ‘trivium’ yang terdiri dari tahapan tata bahasa (grammar), tahapan Logica, dan tahapan retorika. Penekanan metode ini ada pada materi bahasa, matematika, ilmu alam dan sejarah.
Metode Eklektik
Metode ‘campur-campur’, mix-and-match antara beberapa metode untuk mendapatkan gaya yang paling sesuai dengan nilai-nilai dan keadaan keluarga.
Kalau 'de-schooling' itu apa?
De-schooling adalah proses transisi yang dilakukan jika anak memutuskan keluar dari sekolah dan menjadi homeschooler. Mengapa harus melakukan proses ini? Mindset sekolah yang sangat terstruktur dan formal sangat berbeda dengan mindset homeschool yang fleksibel.
Di sekolah, anak hanya tinggal menjalankan apa yang disuruh. Hasilnya, tidak semua anak bisa langsung menjawab apa minat dan keinginannya. Padahal, homeschool menitikberatkan pada inisiatif dan ekspolrasi minat anak. Dengan demikian, anakpun perlu adaptasi.
Umumnya, de-schooling ini dilakukan dengan metode unschooling yang eksploratif. Ini juga sekaligus membiasakan orang tuanya dengan praktik homeschooling. Jika dirasa sudah cukup waktu transisinya, orang tua dan anak bisa berdiskusi menentukan metode yang ingin dicoba dan dijalankan
Lalu keluarga kami memakai metode apa?
Awalnya, saat Malik usia dini, kami semangat sekali mau mengaplikasikan metode unschooling. Namun, saat Malik memasuki usia sekolah, kami juga memakai metode tradisional yang dimodifikasi.
Jadinya, sekarang bisa dibilang kami memakai metode eklektik. Nanti aku cerita lebih banyak di posting berikutnya ya!
*
Ditulis pertama kali di instagram @dindajou ini
Comments
Post a Comment