Metode Homeschooling Keluarga Dindajou




Summary IG Live tanggal 1 Juni 2022, di akun @dindajou dan @nin.di_

Oleh: Dindajou

Aku merasa beruntung bisa mulai belajar soal homeschooling sejak Maliik masih usia dini. Sebab, aku merasa punya waktu untuk menyiapkan mental dan mencoba berbagai metode.


Montessori


Metode yang pertama aku coba adalah Montessori. Metode ini memberikan banyak ide kegiatan menarik, dan juga ada alat-alat khususnya untuk belajar. Tapi, sebagai ibu yang berjiwa DIY (alias suka bikin-bikin sendiri karena hemat, haha!), aku kurang cocok dengan metode ini. Malik pun kurang tertarik dengan mainan. Dia lebih memilih botol kosong, wajan dan sudip, sumpit untuk stik drum (dulu kemana-mana selalu sedia sumpit di tas), atau main air dan sabun saat mandi.


Begitupun, aku masih sering mencari ide berbagai kegiatan belajar dari Montessori. Hanya hanya saja aku modifikasi dan sesuaikan dengan keadaan.


Roadschooling


Karena Bapak Ibu bercita-cita pengen roadtrip keliling dunia (AMIN!), kami juga mencoba roadschooling - belajar sambil melakukan perjalanan. Sejak umur Malik setahun lebih, kami Sudah mengajaknya roadtrip. It was so fun!


Hingga kini kami sudah berkali-kali roadtrip. Saking sukanya, Malik bercita-cita punya mobil RV/camper van. Begitupun, kalau mau menerapkan metode ini kan perlu totalitas banget yah dan itu belum memungkinkan buat kami. Jadi, untuk saat ini, kami cukup bahagia bisa roadtrip jika kami punya waktu.


Unschooling


Sepertinya porsi terbesar yang kami lakukan adalah metode Unschooling. Dari Malik kecil hingga sekarang, kami memberikannya banyak kebebasan untuk free play. Memberinya kepercayaan dan memfasilitasinya untuk mengeksplorasi apapun (walau sering bikin jantung mau copot).


Kami berusaha mengenalkan sebanyak mungkin hal, dengan mengikutkannya pada kegiatan sehari-hari kami. Kami banyak ngobrol dengan menjelaskan apa yang sedang kami lakukan dan mengapa kami melakukannya. Juga, menjawab pertanyaan apapun yang ditanya Malik dengan sungguh-sungguh.



School-At-Home/Tradisional


Saat Malik menginjak usia sekolah (7 tahun), muncul rasa gentar. Sebab, inilah sebenar-benarnya homeschooling dimulai. Setelah memastikan bahwa Malik memang mau meneruskan homeschooling, kami sedikit lega.


Begitupun, kami juga tidak mau menutup kemungkinan jika suatu saat Malik ingin sekolah. Akhirnya, kami bergabung dengan PKBM. Tapi, kami sengaja memilih PKBM yang homeschool-friendly. Jadi, walaupun ada tugas kurikulum standar yang harus dikerjakan, tapi sebagian besar kegiatan relajar mengajar diserahkan kepada keluarga. PKBM juga mengeluarkan rapor berdasarkan penilaian orang tua.


Jadi, begitulah yang terjadi di keluarga kami. Kami mencampur-campur berbagai metode dan disesuaikan dengan perkembangan Malik. Jadi bisa dibilang kami menggunakan metode eklektik.


Sudah dua tahun belakangan ini, kami duduk bareng di awal tahun untuk membuat rencana belajar setahun ke depan. Lalu, kami akan mengevaluasinya tiap tiga bulan. Dan di akhir tahun, kami akan melakukan evaluasi secara menyeluruh. 


Agar kami bisa mengevaluasi dengan baik, kami juga rajin mendokumentasi kegiatan belajar Malik. Kami juga membuat jurnal secara teratur agar lebih mudah melacak perkembangannya.


Di luar semua itu, yang perlu diingat dalam memilih metode yang paling pas adalah: selalulah mencoba. Kadang-kadang, saat mencoba satu hal/kegiatan, anak tidak merespon. Jika begitu, jangan langsung merasa gagal. Dari pengalaman kami, kadang ini terjadi karena anak belum siap aja. Tapi sesungguhnya, itu terekam di memorinya. Maka jangan heran kalau di waktu yang tak di sangka-sangka, ia justru melakukan hal itu tanpa diminta. 


Jadi yang penting, dikenalin aja dulu. Coba dulu. Lalu, percayalah dengan “waktu" anak. Nggak mudah sih, kami juga kadang-kadang goyah. Tapi justru disitulah orang tuanya juga belajar kan?


Kalau setelah mencoba-coba akhirnya ketemu metode yang cocok, nikmatilah prosesnya. Maksimalkan pengalamannya. 


Tapi jangan lupa, tetaplah terbuka dengan hal lain. Sebab, seiring pertumbuhan anak, bisa jadi metode yang tadinya cocok, jadi nggak cocok lagi. Dan ini adalah hal yang biasa terjadi. Seru kan? Heheheh…


Mudah-mudahan penjelasannya berguna yaaa!



*
Ditulis pertama kali di instagram @dindajou ini

Comments

Popular posts from this blog

Review Buku - "The Book You Wish Your Parents Had Read"

Jalan ‘Sunyi’ Homeschool (Pentingnya Support System)

Menyusun ‘Kurikulum’ HS yang Bertumbuh