Sosialisasi Anak Homeschooling


Summary IG Live tanggal 8 Juni 2022, di akun @dindajou dan @nin.di_


Oleh: Dindajou



Banyak yang bertanya soal sosialisasi anak homeschooling. Sejujurnya, pertanyaan ini bikin merenung. Sosialisasi yang seperti apa sih yang dimaksud? 


Seringkali, urusan sosialisasi ini disederhanakan menjadi 'teman main'. Apalagi, pembandingnya adalah sekolah, tempat anak berumur sebaya disatukan dan main bersama. Anggapannya, di sekolah anak akan gampang bersosialisasi. Sedangkan homeschool adalah keadaan yang dianggap bertolak belakang. Anak hanya di rumah, maka ia akan sulit bersosialisasi.


Tapi, benarkan begitu?


Homeschool bukan berarti anak di rumah terus. Anak homeschool berkegiatan langsung di masyarakat. Bergaul dengan tetangga, keluarga besar, teman kursus, komunitas hobi, tempat ibadah dsb. Dan dalam interaksi itu, anak bisa bertemu dengan berbagai macam orang. Baik yang usianya sebaya, atau yang lebih muda/lebih tua. 


Berteman dengan yang sebaya tentu ada positifnya. Begitupun, di dunia nyata, (di luar sekolah), kita sesungguhnya sering berinteraksi dengan orang-orang lintas usia. Bisa jadi, karena terbiasa berinteraksi di berbagai setting (tidak hanya di sekolah), plus tidak hanya fokus berinteraksi dengan teman sebaya, anak homeschool jadi punya lebih banyak pengalaman sosial.


Begitupun, aku sungguh tidak ingin membeda-bedakan urusan sosialisasi ini antara anak sekolah dan homeschool. Sebab, menurutku, sosialisasi ini luas sekali.


Ini adalah salah satu definisi sosialisasi di KBBI:

so.si.a.li.sa.si

 Tesaurus

  • •n proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya: tingkat-tingkat permulaan dari proses -- manusia itu terjadi dalam lingkungan keluarga


Di dalam 'sosialisasi' ada berbagai macam aspek. Kata 'kebudayaan' dalam definisi di atas juga minta ampun luasnya. Kita tidak hanya bicara soal bergaul dengan teman sebaya, tapi juga hal-hal filosofis seperti transfer nilai dalam masyarakat. Saat bicara soal perilaku sosial, ini bukan hanya soal anak-anak yang ekstrovert atau introvert. Tapi juga bagaimana kita mampu 'membaca' social cues/isyarat sosial. 


Berikut ini adalah beberapa jawaban menarik dari pertanyaan mengenai 'sosialisasi yang ideal' dan kekhawatiran spesifik soal sosialisasi:


Kalau melihat jawaban-jawaban ini, kemampuan sosialisasi ini sungguh filosofis. 


Untuk bisa mencapai ini, tidak cukup dengan memasukkan anak ke sekolah dan orang tua terima beres anak akan jago sosialisasi. Di sisi lain, keluarga homeschool juga membutuhkan berbagai usaha untuk memaparkan anak dengan berbagai kondisi social.


Intinya, setiap keluarga – baik yang anaknya sekolah maupun homeschool – punya PR sosialisasi yang sama. Namun, karena kondisi dan situasi tiap keluarga berbeda, maka aspek-aspek yang ditekankan juga berbeda. Semuanya kembali ke keluarga masing-masing, mana aspek sosialiasi yang ingin ditekankan.


Tapi, satu hal yang pasti, jauh sebelum ia diharapkan bisa bersosialisasi dengan baik di masyarakat, pertama-tama anak harus memiliki kepercayaan diri. Percaya diri ini hanya bisa didapatkan jika anak merasa aman untuk mengekspresikan dirinya. Dan tempat pertama ia merasa aman adalah keluarga sendiri. Jadi, mulailah dari keluarga sendiri!


Mudah-mudahan penjelasannya bermanfaat ya!



*

Ditulis pertama kali di instagram @dindajou ini













Comments

Popular posts from this blog

Review Buku - "The Book You Wish Your Parents Had Read"

Jalan ‘Sunyi’ Homeschool (Pentingnya Support System)

Menyusun ‘Kurikulum’ HS yang Bertumbuh